Pengaruh Jean-Michel Basquiat dalam Dunia Seni Modern

Jean-Michel Basquiat adalah salah satu seniman yang paling mempengaruhi perkembangan seni modern dan kontemporer. Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil menempatkan dirinya sebagai ikon yang tidak hanya mengubah dunia seni, tetapi juga memberikan perspektif baru mengenai seni urban, identitas, dan ketidakadilan sosial. Karya-karya Basquiat, dengan ciri khas yang penuh energi dan pesan sosial yang kuat, masih menjadi bahan perbincangan hingga saat ini, bahkan setelah lebih dari tiga dekade sejak kematiannya.

Pengaruh Basquiat tidak terbatas pada karyanya sendiri. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dampak yang ditinggalkan oleh Basquiat terhadap dunia seni, terutama dalam hal estetika, tema, dan cara pandang terhadap seni. Dari generasi seniman yang datang setelahnya hingga kritik sosial yang ia hadapi, Basquiat membuktikan bahwa seni dapat menjadi saluran yang sangat kuat untuk berbicara tentang isu-isu sosial dan politik yang relevan dengan masyarakat.

Karya Basquiat: Memperkenalkan Kekuatan Ekspresi Spontan

Salah satu pengaruh terbesar Basquiat dalam dunia seni adalah kemampuannya untuk memperkenalkan ekspresi spontan sebagai bentuk seni yang sah. Sebelum Basquiat, seni rupa sering kali dianggap sebagai bentuk yang terstruktur, membutuhkan keterampilan teknis yang tinggi, dan berpegang pada prinsip estetika yang ketat. Namun, Basquiat menghancurkan batasan-batasan ini dan membawa seni ke dalam wilayah yang lebih bebas dan ekspresif.

Goresan kasar dan coretan yang tampaknya tidak teratur adalah ciri khas dari banyak karya Basquiat. Lukisan-lukisannya sering kali terkesan penuh emosi dan energi, menggambarkan perasaan yang mendalam, namun tidak selalu berfokus pada keindahan formal atau kejelasan teknis. Dengan pendekatan ini, Basquiat mengubah pandangan banyak orang terhadap seni, membuktikan bahwa ekspresi diri yang mentah dan langsung juga memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang sangat kuat.

Berkat pendekatan ini, seniman kontemporer masa kini, baik yang bekerja dengan seni lukis, grafis, maupun seni jalanan, banyak yang terinspirasi oleh Basquiat. Banyak seniman modern dan muda yang sekarang bebas mengeksplorasi teknik ekspresif yang lebih bebas dan tidak terikat oleh konvensi-konvensi seni yang tradisional.

Basquiat dan Pemberdayaan Identitas Kulit Hitam

Jean-Michel Basquiat adalah seorang seniman kulit hitam yang mengangkat isu identitas, rasisme, dan ketidaksetaraan sosial melalui karya-karyanya. Sebagai seorang Afro-Amerika yang berjuang untuk diterima di dunia seni elit yang dominan oleh seniman kulit putih, Basquiat menggunakannya sebagai platform untuk berbicara tentang perjuangan sosial yang dihadapi oleh komunitas kulit hitam. Dalam banyak karya-karyanya, ia menampilkan simbolisme yang berkaitan dengan sejarah perbudakan, ketidakadilan rasial, dan stereotip yang berkelanjutan terhadap orang kulit hitam.

Basquiat tidak hanya berbicara tentang pengalamannya sendiri, tetapi juga memberikan suara kepada banyak orang yang merasa terpinggirkan oleh sistem sosial yang ada. Karyanya sering menggambarkan ketegangan rasial, baik melalui gambar-gambar simbolis seperti tengkorak atau potret manusia yang terdistorsi, maupun melalui teks yang menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan sosial.

Warisan Basquiat sebagai seorang seniman kulit hitam juga memberikan dampak besar terhadap representasi seni Afro-Amerika di dunia seni. Basquiat membuka jalan bagi seniman kulit hitam lainnya untuk menunjukkan identitas mereka dengan bangga dan untuk berbicara melalui seni tentang pengalaman hidup yang penuh tantangan dan ketidakadilan. Dengan demikian, Basquiat berperan besar dalam mengubah cara pandang terhadap ras dan seni dalam budaya Barat.

Seni Jalanan dan Keterhubungannya dengan Basquiat

Salah satu aspek yang membuat Basquiat begitu relevan di era modern ini adalah hubungan eratnya dengan seni jalanan. Sebelum menjadi terkenal di dunia seni internasional, Basquiat mulai berkarier sebagai seniman jalanan di New York City dengan menggunakan nama samaran “SAMO” (Same Old Shit). Melalui grafiti di dinding-dinding kota, ia mulai mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan, ketidakadilan sosial, dan kritik terhadap budaya pop.

Pengaruh seni jalanan sangat terasa dalam karya-karya Basquiat yang kemudian berkembang menjadi lukisan-lukisan yang lebih besar dan lebih kompleks. Meskipun ia bekerja dengan kanvas dan media seni formal lainnya, unsur-unsur grafiti—seperti teks yang ditulis dengan tangan, coretan spontan, dan penggunaan warna yang berani—tetap hadir dalam karyanya. Basquiat menunjukkan bahwa seni tidak harus terbatas pada ruang galeri atau ruang pameran resmi; seni bisa ada di mana saja, bahkan di jalanan.

Basquiat menjadi ikon pertama yang benar-benar mengaburkan batas antara seni jalanan dan seni rupa konvensional, serta memberikan legitimasi pada seni yang dimulai dari ruang publik. Saat ini, seni jalanan telah menjadi salah satu bentuk seni yang paling dihargai dan berpengaruh, dan banyak seniman muda yang terinspirasi oleh kemampuan Basquiat untuk mengekspresikan diri tanpa batasan.

Dampak terhadap Seniman Kontemporer

Pengaruh Basquiat tidak hanya terasa pada seni rupa dan grafiti, tetapi juga pada cara seniman kontemporer mendekati topik-topik sosial dan politik dalam karya mereka. Banyak seniman muda yang mengikuti jejak Basquiat dalam hal keberanian untuk mengungkapkan kritik sosial melalui seni mereka. Mereka menggunakan seni sebagai sarana untuk berbicara tentang isu-isu global seperti ketidaksetaraan, peran perempuan, ras, dan identitas pribadi.

Basquiat mengajarkan kita bahwa seni tidak hanya tentang estetika atau ekspresi pribadi, tetapi juga tentang berkomunikasi dengan dunia—tentang berbicara mengenai ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan. Oleh karena itu, banyak seniman yang terinspirasi oleh Basquiat untuk menyelami isu-isu sosial yang lebih besar dan untuk menggunakan seni sebagai alat pemberdayaan.

Contoh nyata dari pengaruh Basquiat dapat dilihat dalam karya seniman seperti Keith Haring, Banksy, dan bahkan seniman-seniman muda yang bekerja dengan grafiti atau seni digital. Meskipun gaya dan teknik mereka berbeda, mereka semua memiliki pengaruh besar dari Basquiat dalam hal pendekatan sosial dan ekspresif terhadap seni.

Jean-Michel Basquiat bukan hanya seorang seniman; ia adalah suara untuk perubahan. Melalui karyanya, ia mengajarkan kita bahwa seni adalah alat yang sangat kuat untuk berbicara tentang identitas, ketidakadilan sosial, dan ketegangan budaya. Pengaruh Basquiat terus hidup dalam karya seniman-seniman modern yang berani mengangkat isu-isu yang relevan dan penting, serta dalam budaya seni jalanan yang terus berkembang.

Lebih dari sekadar lukisan, karya Basquiat adalah bentuk pernyataan—tentang perlawanan, pemberdayaan, dan perjuangan. Dengan cara ini, Basquiat tidak hanya mengubah dunia seni, tetapi juga memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi perkembangan budaya global. Warisan kreatifnya terus menginspirasi generasi baru untuk berbicara, berkarya, dan menciptakan dunia yang lebih adil melalui seni.

Menggali Keunikan Karya Basquiat yang Penuh Ekspresi

Jean-Michel Basquiat adalah salah satu seniman paling ikonik dalam sejarah seni kontemporer, yang gaya dan karya-karyanya tidak hanya menantang norma-norma seni, tetapi juga menghadirkan perspektif baru tentang bagaimana seni dapat berbicara tentang identitas, ras, dan ketidakadilan sosial. Dalam berbagai karyanya, Basquiat tidak hanya mengandalkan teknik visual yang kuat, tetapi juga memadukan simbolisme dan elemen tekstual untuk menciptakan narasi yang kompleks dan penuh makna. Keunikan karya Basquiat dapat dilihat dari pendekatannya yang sangat pribadi terhadap seni, yang tidak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga pada pesan-pesan sosial yang ingin ia sampaikan.

Lukisan-lukisan Basquiat, dengan goresan kasar dan penggunaan warna yang kontras, memberikan kesan urgensi dan ketegangan yang tidak bisa diabaikan. Namun, di balik setiap goresan dan warna, terdapat cerita yang lebih dalam—sebuah cerita tentang pengalaman pribadi, perjuangan identitas, dan kritik terhadap struktur sosial yang tidak adil. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai keunikan karya-karya Basquiat, serta bagaimana ia menggabungkan elemen-elemen pribadi dan sosial dalam setiap lukisannya.

Goresan dan Warna: Ekspresi yang Menghadirkan Ketegangan

Salah satu ciri khas yang paling mudah dikenali dalam karya Basquiat adalah penggunaan goresan yang terlihat kasar dan tak teratur. Basquiat tidak pernah ragu untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang sangat bebas. Goresan-goresan ini sering kali memunculkan perasaan ketegangan, baik secara visual maupun emosional. Bagi Basquiat, goresan bukan hanya tentang teknik melukis, tetapi juga merupakan cara untuk menggambarkan pergolakan batin yang ia rasakan. Goresan yang tidak sempurna ini memberikan kesan bahwa seni adalah bentuk ekspresi yang sangat manusiawi, yang penuh dengan kesalahan, ketidaksempurnaan, dan kegelisahan.

Selain goresan kasar, Basquiat juga dikenal karena penggunaan warna yang sangat kontras dan mencolok. Warna merah, kuning, biru, dan hitam sering muncul dalam karya-karyanya, menciptakan atmosfer yang intens dan dramatis. Warna-warna ini sering kali digunakan untuk menggambarkan emosi yang kuat—seperti kemarahan, kecemasan, atau ketegangan. Dalam karyanya yang terkenal, seperti “Untitled” (1981) atau “Hollywood Africans” (1983), warna-warna cerah ini tidak hanya menarik perhatian visual, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam, yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya sebagai seorang Afro-Amerika yang berjuang dengan identitas dan perbedaan sosial.

Simbolisme yang Penuh Makna: Menggali Pesan Sosial

Karya-karya Basquiat dipenuhi dengan simbolisme yang sangat kuat, yang menggambarkan banyak aspek dari identitas, sejarah, dan perjuangan sosial. Simbol-simbol yang digunakan oleh Basquiat sering kali mengacu pada pengalaman pribadinya sebagai seorang Afro-Amerika, serta pandangannya tentang ketidakadilan sosial dan rasial. Tengkorak, wajah manusia, dan gambar-gambar yang tampak primitif sering muncul dalam karyanya, masing-masing membawa makna yang mendalam.

Tengkorak, misalnya, adalah salah satu simbol yang sering muncul dalam lukisan Basquiat. Simbol ini sering kali diinterpretasikan sebagai representasi dari kematian, kehancuran, atau bahkan kerusakan sistem sosial yang tidak adil. Namun, tengkorak juga bisa dilihat sebagai lambang ketahanan dan ketangguhan. Bagi Basquiat, tengkorak bukan hanya gambar yang menakutkan, tetapi juga simbol dari perjuangan yang tak henti-hentinya melawan kesulitan hidup.

Selain itu, Basquiat juga sering menggunakan gambar wajah manusia yang terdistorsi atau digambarkan dengan cara yang tidak proporsional. Wajah-wajah ini, yang sering kali tampak bingung atau tertekan, menggambarkan perasaan keterasingan dan kebingungan dalam menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian. Dalam banyak karyanya, wajah ini juga bisa dilihat sebagai cerminan dari pengalaman pribadi Basquiat, yang merasa terasingkan sebagai seorang seniman kulit hitam di dunia seni yang didominasi oleh orang kulit putih.

Penggunaan Teks: Memberikan Suara pada Ketidakadilan

Selain simbol dan goresan, Basquiat juga sering menyelipkan teks dalam karya-karyanya. Teks-teks ini, meskipun kadang sulit dibaca atau dipahami secara langsung, sering kali mengandung komentar sosial yang tajam dan penuh makna. Kata-kata yang ditulis oleh Basquiat dalam lukisannya tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam. Teks sering kali digunakan untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan yang tidak bisa disampaikan hanya melalui gambar.

Dalam karya seperti “Hollywood Africans” (1983), Basquiat menggunakan teks untuk mengkritik stereotip rasial dan diskriminasi dalam industri hiburan dan seni. Teks-teks yang muncul dalam lukisan ini menggambarkan pengalaman hidupnya sebagai seorang Afro-Amerika yang merasa terpinggirkan dan dibatasi oleh norma-norma sosial yang ada. Dengan menambahkan teks ke dalam karyanya, Basquiat memperkuat pesan sosialnya dan memberikan suara pada ketidakadilan yang ia alami.

Keterkaitan dengan Pengalaman Pribadi dan Sosial

Karya-karya Basquiat sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya sebagai seorang seniman kulit hitam yang berjuang untuk diakui dalam dunia seni. Sebagai seorang anak yang tumbuh di Brooklyn, Basquiat mengalami berbagai bentuk diskriminasi rasial dan sosial, yang kemudian menjadi tema utama dalam banyak karyanya. Namun, karya Basquiat tidak hanya terbatas pada pengalaman pribadinya. Ia juga berbicara tentang pengalaman kolektif komunitas kulit hitam, serta perjuangan identitas yang dihadapi oleh banyak individu yang merasa terpinggirkan dalam masyarakat.

Melalui lukisannya, Basquiat memberikan narasi yang lebih luas tentang ketidaksetaraan dan perlawanan terhadap sistem sosial yang tidak adil. Ia menggunakan seni untuk menggambarkan perjuangan, ketidakpastian, dan harapan, serta untuk mengkritik struktur sosial yang ada. Dengan cara ini, karya Basquiat tidak hanya menjadi ekspresi pribadi, tetapi juga bentuk pernyataan sosial yang relevan dengan banyak orang, terutama mereka yang merasa terpinggirkan atau diabaikan oleh masyarakat.

Keunikan karya Jean-Michel Basquiat terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan elemen pribadi dan sosial dalam setiap lukisannya. Melalui goresan yang kasar, warna yang kontras, simbolisme yang mendalam, dan teks yang tajam, Basquiat berhasil menciptakan karya yang tidak hanya menggugah secara visual, tetapi juga penuh dengan pesan sosial yang kuat. Setiap karya Basquiat mengundang kita untuk merenungkan kembali pemahaman kita tentang identitas, ras, dan ketidakadilan sosial.

Sebagai seorang seniman, Basquiat berhasil menyeimbangkan ekspresi pribadi dengan kritik sosial yang tajam, menciptakan seni yang tidak hanya relevan di zamannya, tetapi juga tetap menggugah hingga saat ini. Warisannya sebagai salah satu pelopor seni kontemporer yang berani dan penuh makna menjadikannya salah satu seniman paling penting dalam sejarah seni modern.

Jean-Michel Basquiat Dari Jalanan ke Galeri Seni Dunia

Jean-Michel Basquiat adalah salah satu seniman paling berpengaruh di abad ke-20. Dengan latar belakang sebagai seniman jalanan yang kemudian meraih ketenaran di galeri-galeri seni dunia, Basquiat menciptakan identitas visual yang kuat dan mengguncang dunia seni dengan karya-karyanya yang penuh energi dan makna.

Masa Kecil dan Awal Karier

Basquiat lahir di Brooklyn, New York, pada 22 Desember 1960. Ibunya, seorang keturunan Puerto Rico, memperkenalkan seni kepadanya sejak kecil dengan sering mengajaknya ke museum. Ayahnya, yang berasal dari Haiti, turut berkontribusi dalam memperkaya wawasan budaya Basquiat. Kombinasi latar belakang budaya ini kemudian banyak muncul dalam karya-karyanya.

Pada usia muda, Basquiat sudah menunjukkan bakatnya dalam menggambar dan melukis. Namun, kehidupannya berubah drastis saat ia melarikan diri dari rumah pada usia 15 tahun. Kehidupan di jalanan New York membuatnya lebih dekat dengan dunia seni jalanan yang kemudian membentuk identitas artistiknya. Bersama temannya, Al Diaz, ia menciptakan persona SAMO, sebuah karakter yang sering muncul dalam graffiti yang penuh kritik sosial dan sindiran di berbagai sudut kota.

Peralihan ke Dunia Seni Kontemporer

Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, seni jalanan mulai menarik perhatian dunia seni kontemporer. Basquiat, yang awalnya hanya dikenal melalui graffiti, mulai merambah ke media lain seperti kanvas. Keunikan karyanya, yang menggabungkan unsur ekspresionisme, simbolisme, dan kritik sosial, menarik perhatian banyak kolektor dan kurator.

Salah satu momen penting dalam karier Basquiat adalah ketika ia berpartisipasi dalam pameran seni “Times Square Show” pada tahun 1980. Pameran ini menjadi batu loncatan yang membawanya ke dalam lingkaran seni kelas atas di New York. Tidak lama setelah itu, ia bertemu dengan Andy Warhol, yang kemudian menjadi mentor dan kolaboratornya dalam berbagai proyek seni.

Ciri Khas Karya dan Pengaruhnya

Karya-karya Basquiat sangat khas dengan gaya lukisan yang tampak mentah, penuh warna, serta elemen-elemen tekstual seperti kata-kata dan simbol yang sering kali memiliki makna mendalam. Ia banyak mengangkat isu-isu sosial seperti ketidakadilan rasial, eksploitasi, serta identitas budaya Afrika-Amerika dan Karibia.

Salah satu karya terkenalnya, Untitled (1982), menampilkan wajah tengkorak yang terdistorsi dengan palet warna mencolok dan coretan ekspresif yang menggambarkan emosi serta kompleksitas identitas manusia. Lukisan ini kemudian terjual seharga $110,5 juta pada lelang tahun 2017, menjadikannya salah satu karya seni termahal di dunia yang dibuat oleh seniman Amerika.

Basquiat juga banyak terinspirasi oleh musik jazz dan bebop, yang tercermin dalam ritme serta komposisi visual lukisannya. Nama-nama seperti Charlie Parker dan Dizzy Gillespie kerap muncul dalam karyanya, menunjukkan bagaimana seni dan musik saling berkelindan dalam proses kreatifnya.

Puncak Karier dan Pergulatan Pribadi

Pada pertengahan 1980-an, Basquiat menjadi salah satu seniman muda paling sukses di dunia. Ia sering berpameran di galeri ternama seperti Gagosian dan Mary Boone Gallery. Sayangnya, ketenaran yang ia raih juga membawa tekanan besar dalam kehidupannya.

Ia mulai berjuang melawan kecanduan narkoba, yang semakin memburuk setelah kematian Andy Warhol pada tahun 1987. Kehilangan sosok mentor dan sahabatnya ini membuatnya semakin terpuruk. Meski tetap berkarya, pergolakan batin yang dialaminya mulai memengaruhi kualitas hidupnya. Hingga akhirnya, pada 12 Agustus 1988, Basquiat meninggal dunia akibat overdosis heroin di usia 27 tahun.

Warisan dan Pengaruh di Dunia Seni

Meskipun perjalanan hidupnya singkat, warisan Basquiat dalam dunia seni sangatlah besar. Ia tidak hanya membuka jalan bagi seniman kulit hitam di dunia seni kontemporer, tetapi juga mengubah cara orang memandang seni jalanan sebagai bagian dari arus utama seni rupa.

Karya-karyanya terus diapresiasi dan dipamerkan di berbagai museum ternama, seperti Museum of Modern Art (MoMA) dan Whitney Museum. Banyak seniman muda saat ini yang menganggap Basquiat sebagai inspirasi, terutama dalam cara ia menyuarakan isu-isu sosial dan personal melalui medium seni.

Basquiat bukan sekadar seniman jalanan yang sukses. Ia adalah ikon budaya yang membuktikan bahwa seni bisa menjadi alat perlawanan, ekspresi, dan perubahan sosial. Namanya akan terus hidup dalam sejarah seni, menginspirasi generasi mendatang untuk berani berekspresi dan melawan batasan yang ada.

Perjalanan Karir Dan Biografi Jean Michel Basquiat Dari Masa Kecilnya

Masa kanak-kanak

Perjalanan Karir Dan Biografi Jean Michel Basquiat Dari Masa Kecilnya – Jean-Michel Basquiat lahir di Brooklyn pada tahun 1960. Ibunya, Matilde Andradas lahir juga di Brooklyn tetapi dari orang tua Puerto Rico. Ayahnya, Gerard Basquiat, adalah seorang imigran dari Port-au-Prince, Haiti. Sebagai hasil dari warisan campuran ini, Jean-Michel muda fasih berbahasa Prancis dan Spanyol serta Inggris. Pembacaan awal puisi simbolis Prancis dalam bahasa aslinya nantinya akan berpengaruh pada karya seni yang dibuatnya saat dewasa. Basquiat menunjukkan bakat seni pada anak usia dini, belajar menggambar dan melukis dengan dorongan ibunya dan sering menggunakan persediaan (seperti kertas) yang dibawa pulang dari pekerjaan ayahnya sebagai akuntan. Bersama Basquiat dan ibunya menghadiri banyak pameran museum di New York, dan pada usia enam tahun Jean-Michel terdaftar sebagai Anggota Junior Museum Brooklyn. Dia juga seorang atlet yang rajin, berkompetisi dalam acara lari di sekolahnya.

jean-michel-basquiat

Perjalanan Karir Dan Biografi Jean Michel Basquiat Dari Masa Kecilnya

jean-michel-basquiat – Setelah ditabrak mobil saat bermain di jalanan pada usia 8 tahun, Basquiat menjalani operasi pengangkatan limpanya. Peristiwa ini menyebabkan dia membaca risalah medis dan artistik yang terkenal, Gray’s Anatomy (aslinya diterbitkan pada tahun 1858), yang diberikan kepadanya oleh ibunya saat dia pulih. Gambar-gambar bio-mekanik yang kuat dari teks ini, bersama dengan seni buku komik dan kartun yang dinikmati oleh Basquiat muda, suatu hari akan datang untuk menginformasikan kanvas bertulis grafiti yang membuatnya dikenal.

Setelah perceraian orang tuanya, Basquiat tinggal sendirian dengan ayahnya, ibunya telah ditentukan tidak layak untuk merawatnya karena masalah kesehatan mentalnya. Mengutip pelecehan fisik dan emosional, Basquiat akhirnya kabur dari rumah dan diadopsi oleh keluarga temannya. Meskipun ia bersekolah secara sporadis di New York dan Puerto Rico, di mana ayahnya telah berusaha untuk memindahkan keluarganya pada tahun 1974, ia akhirnya keluar dari Sekolah Menengah Edward R. Murrow di Brooklyn pada bulan September 1978, pada usia 17 tahun.

Pelatihan Awal

Seperti yang dikatakan Basquiat, “Saya tidak pernah pergi ke sekolah seni. Saya gagal dalam kursus seni yang saya ambil di sekolah. Saya hanya melihat banyak hal. Dan begitulah saya belajar tentang seni, dengan melihatnya”. Seni Basquiat pada dasarnya berakar pada adegan grafiti Kota New York tahun 1970-an. Setelah terlibat dalam grup drama Upper West Side bernama Family Life Theater, ia mengembangkan karakter SAMO (singkatan dari “Same Old Shit”), seorang pria yang mencoba menjual agama palsu kepada penonton. Pada tahun 1976, ia dan seorang teman seniman, Al Diaz, mulai mengecat bangunan di Lower Manhattan di bawah nom de plume ini.. Potongan-potongan SAMO sebagian besar berbasis teks, dan mengkomunikasikan pesan anti kemapanan, anti agama, dan anti politik. Teks pesan-pesan ini disertai dengan logo dan citra yang nantinya akan ditampilkan dalam karya tunggal Basquiat, khususnya mahkota berujung tiga.

Baca Juga : 5 Karya Seni  Jean-Michel Basquiat Yang Menjadi Inspirasi

Karya SAMO segera mendapat perhatian media dari pers kontra budaya, terutama Village Voice , sebuah publikasi yang mendokumentasikan seni, budaya, dan musik yang melihat dirinya berbeda dari arus utama. Ketika Basquiat dan Diaz berselisih paham dan memutuskan untuk berhenti bekerja sama, Basquiat mengakhiri proyek tersebut dengan pesan singkat: SAMO IS DEAD. Pesan ini muncul di bagian depan beberapa galeri seni SoHo dan gedung-gedung di pusat kota selama tahun 1980. Setelah memperhatikan deklarasi tersebut, teman Basquiat dan kolaborator Seni Jalanan Keith Haring mengadakan pertunjukan tiruan untuk SAMO di Club 57, sebuah klub malam bawah tanah di East Village.

Selama periode ini Basquiat sering menjadi tunawisma dan dipaksa tidur di apartemen teman atau di bangku taman, menghidupi dirinya sendiri dengan mengemis, mengedarkan narkoba, dan menjajakan kartu pos dan kaos yang dilukis dengan tangan. Namun, dia sering mengunjungi klub-klub di pusat kota, khususnya Klub Mudd dan Klub 57, di mana dia dikenal sebagai bagian dari “kerumunan bayi” dari peserta yang lebih muda (grup ini juga termasuk aktor Vincent Gallo). Kedua klub tersebut merupakan tempat nongkrong populer bagi generasi baru seniman visual dan musisi, termasuk Keith Haring, Kenny Scharf, sutradara film Jim Jarmusch dan Ann Magnusson, yang semuanya menjadi teman dan kadang berkolaborasi dengan Basquiat. Haring khususnya adalah saingan sekaligus teman yang terkenal, dan keduanya sering dikenang sebagai persaingan satu sama lain untuk meningkatkan ruang lingkup, skala, dan ambisi pekerjaan mereka. Keduanya memperoleh pengakuan pada titik yang sama dalam karir mereka, maju secara paralel untuk mencapai puncak ketenaran dunia seni.

Sebagian karena perendamannya dalam adegan pusat kota ini, Basquiat mulai mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk menunjukkan seninya, dan menjadi tokoh kunci dalam gerakan artistik pusat kota yang baru. Misalnya, ia tampil sebagai DJ klub malam dalam video musik Rapture milik Blondie , memperkuat posisinya sebagai sosok dalam “gelombang baru” musik, seni, dan film keren yang muncul dari Lower East Side. Selama waktu ini ia juga membentuk dan tampil dengan bandnya Gray. Basquiat kritis terhadap kurangnya orang kulit berwarna di pusat kota, bagaimanapun, dan pada akhir 1970-an ia juga mulai menghabiskan waktu di kota dengan seniman grafiti di Bronx dan Harlem.

Setelah karyanya dimasukkan dalam Times Square Show yang bersejarah pada Juni 1980, profil Basquiat meningkat lebih tinggi, dan ia mengadakan pameran tunggal pertamanya pada tahun 1982 di Galeri Annina Nosei di SoHo. Artikel Artforum Rene Ricard , “The Radiant Child”, terbitan Desember 1981, memperkuat posisi Basquiat sebagai bintang yang sedang naik daun di dunia seni yang lebih luas, serta hubungan antara adegan grafiti kota dan punk pusat kota yang diwakili karyanya. Kebangkitan Basquiat untuk mendapatkan pengakuan yang lebih luas bertepatan dengan kedatangan gerakan Neo-Ekspresionis Jerman di New York , yang menyediakan forum yang menyenangkan untuk ekspresionisme pinggir jalan yang cerdas., yang semuanya bereaksi, sampai tingkat tertentu, melawan dominasi seni-historis Konseptualisme dan Minimalisme baru-baru ini . Neo-Ekspresionisme menandai kembalinya seni lukis dan kemunculan kembali sosok manusia dalam seni rupa kontemporer. Gambar Diaspora Afrika dan Americana klasik menyela karya Basquiat saat ini, beberapa di antaranya ditampilkan di Galeri Mary Boone yang bergengsi dalam pertunjukan tunggal pada pertengahan 1980-an (Basquiat kemudian diwakili oleh dealer seni dan galeri Larry Gagosian di Los Angeles).

Masa Dewasa

1982 adalah tahun yang penting bagi Basquiat. Dia membuka enam pertunjukan solo di kota-kota di seluruh dunia, dan menjadi artis termuda yang pernah diikutsertakan dalam Documenta, ekstravaganza seni kontemporer internasional bergengsi yang diadakan setiap lima tahun di Kassel, Jerman. Selama waktu ini, Basquiat menciptakan sekitar 200 karya seni dan mengembangkan motif khas: sosok orakel hitam bermahkota yang heroik. Musisi jazz legendaris Dizzy Gillespie dan petinju Sugar Ray Robinson, dan Muhammad Ali termasuk di antara inspirasi Basquiat untuk karyanya selama periode ini. Samar dan sering abstrak, potret menangkap esensi daripada kemiripan fisik subjek mereka. Keganasan teknik Basquiat, dengan guratan-guratan cat dan garis putus-putus yang dinamis, dimaksudkan untuk mengungkapkan apa yang dilihatnya sebagai batin subjeknya, perasaan tersembunyi mereka, dan keinginan terdalam mereka. Karya-karya ini juga memperkuat intelek dan gairah subjek mereka, daripada terpaku pada tubuh laki-laki Hitam yang difetishisasi. Figurasi epik lainnya, berdasarkan Afrika Baratgriot , juga banyak ditampilkan di era karya Basquiat ini. The griot disebarkan sejarah masyarakat dalam budaya Afrika Barat melalui mendongeng dan lagu, dan ia biasanya digambarkan oleh Basquiat dengan meringis dan menyipitkan mata elips tetap aman pada pengamat. Strategi artistik dan pengaruh pribadi Basquiat sejalan dengan Renaisans Hitam yang lebih luas di dunia seni New York pada era yang sama (dicontohkan dengan perhatian luas yang diberikan pada saat itu pada karya seniman seperti Faith Ringgold dan Jacob Lawrence ).

Pada awal 1980-an, Basquiat berteman dengan artis Pop Andy Warhol , yang berkolaborasi dengannya dalam serangkaian karya dari tahun 1984 hingga 1986, seperti Ten Punching Bags (Perjamuan Terakhir) (1985-86). Warhol sering melukis lebih dulu, lalu Basquiat melapisi karyanya. Pada tahun 1985, sebuah artikel fitur Majalah New York Times menyatakan Basquiat sebagai artis muda Amerika yang hot tahun 1980-an. Hubungan ini menjadi subyek gesekan antara Basquiat dan banyak orang sezamannya di pusat kota, karena tampaknya menandai minat baru dalam dimensi komersial pasar seni.

Warhol juga dikritik karena potensi eksploitasi seniman kulit berwarna muda dan modis untuk meningkatkan kepercayaan dirinya sebagai yang terkini dan relevan dengan adegan East Village yang baru signifikan . Secara garis besar, kolaborasi ini tidak diterima dengan baik oleh penonton atau kritikus, dan sekarang sering dianggap sebagai karya yang lebih rendah dari kedua seniman.

Mungkin sebagai akibat dari ketenaran yang baru ditemukan dan tekanan komersial yang diberikan pada karyanya, Basquiat pada titik hidupnya menjadi semakin kecanduan heroin dan kokain. Beberapa teman mengaitkan ketergantungan ini dengan tekanan mempertahankan kariernya dan tekanan menjadi orang kulit berwarna di dunia seni yang didominasi kulit putih. Basquiat meninggal karena overdosis heroin di apartemennya pada tahun 1988 pada usia 27 tahun.

Warisan Jean-Michel Basquiat

Dalam hidupnya yang singkat Jean-Michel Basquiat tetap memainkan peran penting dan bersejarah dalam kebangkitan adegan budaya pusat kota di New York dan Neo-Ekspresionisme secara lebih luas. Sementara publik yang lebih besar melekat pada eksotisme dangkal karyanya dan terpikat oleh selebriti semalam, seninya, yang sering digambarkan secara tidak akurat sebagai “naif” dan “berpasir etnis”, memiliki hubungan penting dengan prekursor ekspresif, seperti Jean Dubuffet dan Cy Twombly .

Sebuah produk dari selebriti dan budaya terobsesi perdagangan tahun 1980-an, Basquiat dan karyanya terus melayani banyak pengamat sebagai metafora untuk bahaya kelebihan artistik dan sosial. Seperti pahlawan super buku komik yang membentuk pengaruh awal, Basquiat meroket ke ketenaran dan kekayaan, dan kemudian, dengan cepat, jatuh kembali ke Bumi, korban penyalahgunaan narkoba dan akhirnya overdosis.

Penerima retrospektif anumerta di Museum Brooklyn (2005) dan Museum Seni Amerika Whitney (1992), serta subjek dari banyak biografi dan dokumenter, termasuk Jean-Michel Basquiat: The Radiant Child (2010), dan Julian Schnabel’s film fitur, Basquiat (1996; dibintangi oleh mantan teman David Bowie sebagai Andy Warhol), Basquiat dan warisan kontra-budayanya tetap ada. Pada tahun 2017, film lain Boom for Real: The Late Teenage Years of Jean Michel Basquiatdirilis untuk pujian kritis, juga menginspirasi pameran dengan judul yang sama di galeri seni Barbican di London. Seninya tetap menjadi sumber inspirasi yang konstan bagi seniman kontemporer, dan hidupnya yang singkat menjadi sumber minat dan spekulasi yang konstan untuk industri seni yang berkembang pesat pada legenda biografi.

Di samping temannya dan Keith Haring kontemporer, seni Basquiat telah muncul untuk periode seni kontra budaya New York tertentu. Karya kedua seniman ini sering dipamerkan bersama-sama (terakhir dalam pameran 2019 ‘Keith Haring I Jean-Michel Basquiat: Crossing Lines’ di Melbourne, Australia), dan ada sejumlah lisensi komersial yang diberikan untuk reproduksi beberapa dari motif visualnya. Baru-baru ini telah termasuk berbagai kaos print grafis di Uniqlo yang menampilkan karya kedua seniman tersebut.

Maraknya profil Basquiat sejak kematiannya juga mendorong seniman baru untuk membuat karya yang terinspirasi atau bahkan mengacu langsung pada karyanya. Ini termasuk pelukis, seniman grafiti dan instalasi yang bekerja di dalam galeri, tetapi juga musisi, penyair, dan pembuat film. Seniman visual yang dipengaruhi oleh Basquiat termasuk David Hewitt, Scott Haley, Barb Sherin, dan Mi Be di Amerika Utara, serta seniman Eropa dan Asia seperti David Joly, Mathieu Bernard-Martin, Mikael Teo, dan Andrea Chisesi, semuanya mengutip karyanya sebagai formatif untuk pengembangan mereka sendiri. Musisi seperti Kojey Radical, Shabaka Hutchings, dan Lex Amor juga memuji karyanya sebagai menginformasikan karya mereka sendiri. Ketiga artis musik ini secara khusus muncul bersama yang lain di Untitled, kompilasi kolaboratif yang dirilis sebagai penghargaan untuk Basquiat pada tahun 2019 oleh label rekaman yang berbasis di London, The Vinyl Factory.

Kehidupan Artis Seniman Jean-Michel Basquiat

Kehidupan Artis Seniman Jean-Michel Basquiat – Tetap menjadi salah satu seniman paling berpengaruh pada periode seni modern dan kontemporer, kehidupan seniman muda namun sangat berbakat Jean-Michel Basquiat hari ini tetap penuh teka-teki. Meninggal pada usia dini di puncak ketenarannya, tidak banyak yang bisa dikatakan tentang kehidupan seniman Basquiat tetapi karya seninya menceritakan semuanya.

jean-michel-basquiat

Kehidupan Artis Seniman Jean-Michel Basquiat

jean-michel-basquiat – Bahkan sekarang, bertahun-tahun setelah kematiannya, popularitas dan ketenarannya tetap tak tergoyahkan. Karya seninya telah membuatnya menjadi seniman Amerika paling mahal, setelah penjualan mahakaryanya senilai $110 juta, ‘Untitled (1982)’, di lelang Sotheby’s. Hari ini kita melihat kembali kehidupan singkat anak yang bersinar dan melihat bagaimana karya seninya menjadi begitu terkenal di dunia saat ini. Karyanya tetap sangat relevan saat ini mengingat iklim sosial dan politik di seluruh dunia.

Masa muda

Lahir 22 Desember 1960 di Brooklyn, New York, Jean-Michel Basquiat, dari orang tua Haiti dan Puerto Rico. Tumbuh di Park Slope, Brooklyn bersama dua adik perempuannya, pendidikan multikulturalnya membuat Basquiat berusia 11 tahun dapat membaca, menulis, dan berbicara dengan lancar dalam bahasa Prancis, Spanyol, dan Inggris.

Baca Juga : Karir Haring Dan Basquiat Merubah Dunia Melalui Seni

Orang tua dan gurunya membetulkan intelek ini, tertera kemampuan artistik dini mulanya. Ibu Basquiat, Matilde, memupuk keahlian ini dan membawanya dalam penjelajahan inspirasional ke museum seni di New York. Ia setelah itu hendak menciptakan lukisan yang termotivasi animasi bersama ibunya, yang mempunyai atensi dalam konsep bentuk serta coretan.

Namun, Basquiat tidak memiliki masa kecil yang mudah, pada tahun 1968 ia ditabrak mobil, membutuhkan pemulihan sebulan di rumah sakit. Pada tahun yang sama orang tuanya berpisah, dan ayahnya Gerard membesarkannya dan saudara perempuannya pindah ke Puerto Rico pada tahun 1974 selama beberapa tahun sebelum kembali ke New York. Ibunya memiliki beberapa mantra di rumah sakit jiwa, dan Basquiat biasa melarikan diri dari rumah saat remaja.

Namun pengalaman sulit ini tidak membenarkan rute hidup bintang film Basquiat. Kreativitasnya lagi berkembang, sangat penting melalui kehadirannya di City As School yang bebas di Manhattan. Sekolah menengah mendesak style berlatih efisien buat membagikan lebih banyak khasiat untuk kanak- kanak berbakat dari sistem pembelajaran konvensional.

Awal Kehidupan Artis

Basquiat akhirnya putus sekolah pada usia 17 tahun dan mulai menciptakan seni penuh waktu, mendapatkan ketenaran untuk karakter ciptaannya SAMO (“Sama Old Shit”), yang mencari nafkah dengan menjajakan agama “palsu”.

Dia menggambarkan tanda tangan SAMO dalam seni grafiti dengan pesan samar pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Kemudian, ia mulai melukis pada bahan yang ditemukan, bangunan, t-shirt, dan barang-barang komersial.

Dia menyelidiki Renaissance budaya perkotaan 1980-an yang berkembang di New York. Bahkan, ia memasukkan kecintaannya pada puisi dalam karya-karyanya, menempatkan teks di atas gambar-gambarnya, menciptakan lukisan-lukisan yang sangat ekspresif yang membuatnya mendapat banyak pujian melalui pameran tunggal pertamanya pada tahun 1982.

Kapasitasnya untuk berfungsi dari visinya tentang masyarakat menjadi seperti oracle untuk melukis dan mendefinisikan kehidupan senimannya. Meskipun pengaruh Basquiat pada masyarakat New York dengan nama SAMO sangat fenomenal, gaya grafiti barunyalah yang membawa neo-ekspresi ke dalam seni arus utama, layak diakui oleh kurator, kritikus, dan galeri besar, mendorong grafiti menjadi seni sejati. bentuk, bukan hanya coretan sia-sia yang dibuat oleh berandalan.

Kehidupan Artis Neo-Ekspresionisme

Neo- ekspresionisme bertumbuh sebagai respon kepada seni abstrak serta seni minimun tahun 1970- an. Ini terdiri dari berkas beraneka ragam artis kecil yang sudah kembali buat melukiskan badan orang serta subjek lain yang bisa dikenali, selaku respon kepada penciptaan seni abstrak yang jauh, tertutup, serta amat intelektual.

Gerakan itu terkait dengan dan sebagian dihasilkan oleh metode penjualan, promosi media, dan pemasaran yang baru dan agresif di pihak dealer dan galeri.

Pada 1980-an, kebangkitan ini telah menjadi bagian dari kembalinya internasional ke sensualitas lukisan dan jauh dari gaya keren, jarangnya Minimalisme dan Konseptualisme. Seniman yang sangat berbeda, terutama di Amerika Serikat, dari Julian Schnabel dan Francesco Clemente hingga Jean-Michel Basquiat, beralih ke arah ekspresif untuk menciptakan karya yang menegaskan kekuatan penebusan seni pada umumnya dan lukisan pada khususnya, dengan menggunakan berbagai tema termasuk mitologi, budaya, sejarah, nasionalis, dan erotis.

Menggambarkan Kebrutalan dan Rasisme Polisi di Amerika

Pada tahun 1983, Michael Stewart, seorang seniman grafiti hitam disita penandaan grafiti di stasiun Avenue di Brooklyn di mana seorang petugas polisi transit John Kostich, menangkap Stewart. Kostich menentang menyatakan bahwa Stewart melawan dan menjadi kekerasan. Stewart dipukuli hingga pingsan dan diikat di sekitar persendian dengan ikatan ritsleting.

Stewart baru berusia 25 tahun ketika ia ditemukan menyemprot di dekat akomodasi siswa Parsons School of Design. Stewart kemudian segera dikirim ke rumah sakit Bellevue dan keluarganya diberitahu bahwa dia secara fisik mati otak dan mengalami pendarahan karena dicekik atau tersedak.

Michael Stewart dengan sedih meninggal 13 hari setelah penangkapan dalam keadaan koma. Kesebelas petugas polisi yang terlibat dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah oleh juri kulit putih Amerika, membuat marah keluarga Stewarts dan komunitas Afrika-Amerika.

Basquiat benar-benar tertekan oleh peristiwa ini, membuatnya melukis ‘Defacement’ (Kematian Michael Stewart). Setelah menjadi teman dekat Michael Stewart, Basquiat dipengaruhi untuk mengambil giliran yang lebih gelap dalam seninya, menghasilkan karya yang mencerminkan pemikirannya saat ini tentang peristiwa terus-menerus dari kebrutalan ini.

Selain publik, seniman lain tergerak oleh seni responsif Basquiat. Untuk karya seni Basquiat untuk diakui oleh dan untuk memiliki kritik tinggi tersebut menunjukkan kapasitas besar untuk memiliki efek seperti itu pada seniman penting lainnya serta publik adalah sesuatu yang harus diakui.

Basquiat menonjol tidak hanya sebagai pria kulit hitam di dunia seni yang bercat putih, tetapi juga sebagai seniman yang membawa perhatian pada ketidakseimbangan etnisnya.

Sadar akan identitasnya sebagai orang Afrika-Amerika di dunia seni, karya Basquiat penuh dengan citra yang mengomentari hubungan ras di Amerika dan menggambar dari budaya Diaspora Afrika. Menggabungkan citra Afrika, Aztek, Hispanik, dan Romawi kuno dan Yunani dengan ikonografi dan tanda grafis ciptaannya sendiri dalam kehidupan seniman yang menekankan aspek fisik dan gestural dari proses artistik.

Pada tahun 1983 ia berteman dengan idolanya, Andy Warhol , dan keduanya berkolaborasi dalam beberapa proyek. Persahabatan mereka berkembang, dan mereka mulai berkolaborasi dalam seni. Melalui kameranya, Warhol menyaksikan Basquiat bekerja.

Dalam catatan harian, Warhol ingat pernah melihatnya sebagai “anak yang menggunakan nama ‘Samo’ ketika dia biasa duduk di trotoar di Greenwich Village dan melukis T-shirt, dan saya akan memberinya $10”. Namun, baru setelah pedagang seni Bruno Bischofberger menemukan lukisan Basquiat di Manhattan yang lebih rendah, karirnya benar-benar dimulai.

Awal dari kerja sama mereka tumbuh saat mereka menciptakan hubungan yang erat karena mereka berdua saling melengkapi kebutuhan artistik satu sama lain. Sementara Basquiat menginginkan ketenaran Warhol, Warhol menginginkan citra dan gaya baru Basquiat. Wawancara dan informasi dari teman-teman Basquiat dan Warhol menegaskan bahwa mereka sangat dekat di mana Warhol memiliki panutan tipe orang tua terhadap Basquiat dan sangat merawatnya sebagai karya seninya.

Sementara seniman seperti Van Gogh perlu mati untuk menjadi terkenal, Basquiat mencapai tingkat ketenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya selama kehidupan artisnya pada usia 20 tahun. Kualitas karyanya yang benar-benar unik, tema yang ia komunikasikan, dan kisah romantisnya yang compang-camping hingga kekayaan terus menarik intrik raksasa dunia seni dan pecinta seni di seluruh dunia.

Seiring waktu berlalu Andy Warhol lulus dari operasi kandung empedu pada tahun 1987 di mana Basquiat mengalami serangan gila di mana ia percaya menjadi penyebabnya dan menyebabkan istirahat dalam keadaan pikiran yang mengarah ke kebiasaan obat spiral di luar kendali. Ketika dia mencoba untuk memisahkan diri dari pahlawan wanita yang melarikan diri ke Hawaii, dia dengan sedih melewati angka 27 di studionya karena overdosis. Tragedi kematiannya sebelumnya melambungkannya ke status bangsawan seni di antara yang hebat.

Ikhtisar Kehidupan Artis

Basquiat telah benar-benar mempengaruhi seniman dan masyarakat mode dan semua publik bersama-sama melalui kebrutalan polisi, mode, dan kolaborasi. Sebagai seniman Afrika-Amerika, etnisitasnya telah menginspirasi banyak seniman untuk mengekspresikan diri dan mengejar impian mereka untuk bertindak sebagai figur panutan. Seorang seniman Afrika di bawah diskriminasi ini yang masih ada sampai hari ini.

Pesan abadi dari karya Basquiat menunjukkan masyarakat di mana rasisme dan segregasi sama merajalelanya seperti berabad-abad yang lalu. Satu-satunya perbedaan adalah metode di mana rasisme dan segregasi itu ditegakkan.

Pendapat Basquiat tentang masyarakat ini tercermin dalam tema karya-karyanya dan merupakan hasil dari perlakuannya sebagai orang kulit hitam yang sukses di dunia seni yang didominasi kulit putih. Penggambarannya tentang masyarakat inilah yang mendorongnya menjadi terkenal, tetapi begitu dia berada di sana, cara dia menangani perlakuan yang berulang melalui kehidupan artisnya yang membuatnya tetap menjadi sorotan.

Persepsinya tentang cara dunia menanggapi warna kulitnya dapat dirasakan paling tajam ketika ia menegaskan bahwa “Saya bukan seniman kulit hitam; Saya seorang seniman.” Tetapi fakta bahwa dia pada dasarnya adalah seorang seniman kulit hitam dan cara dia memandang dan menggambarkan dunia, sebagai hasilnya, pada akhirnya membuat kehidupan artisnya.

Biografi Jean-Michel Basquiat Artis Termuda Di Pameran Whitney Biennial

Biografi Jean-Michel Basquiat Artis Termuda Di Pameran Whitney Biennial – Jean-Michel Basquiat (22 Desember 1960 – 12 Agustus 1988) adalah seorang seniman Amerika yang meraih kesuksesan pada 1980-an. Dianggap sebagai salah satu seniman paling berpengaruh di abad ke-20, ia adalah bagian dari gerakan Ekspresionis Baru.

jean-michel-basquiat

Biografi Jean-Michel Basquiat Artis Termuda Di Pameran Whitney Biennial

jean-michel-basquiat – Basquiat pertama kali menjadi terkenal sebagai anggota SAMO. Duo grafiti menulis kata-kata mutiara misterius di sarang budaya Lower East Side Manhattan pada akhir 1970-an, di mana rap, punk, dan seni jalanan diintegrasikan ke dalam budaya musik hip-hop awal.

Pada awal 1980-an, lukisannya dipamerkan di galeri dan museum internasional. Pada usia 21, Basquiat menjadi artis termuda yang pernah berpartisipasi dalam Kassel Documenta. Pada usia 22 tahun, dia adalah orang termuda yang berpameran di Whitney Biennial di New York. Museum Seni Amerika Whitney mengadakan retrospeksi seninya pada tahun 1992.

Baca Juga : Galeri Seni Brooklyn Terbaik Pada Tahunnya

Seni Basquiat berfokus pada oposisi sejenis kekayaan versus kekurangan, integrasi versus segregasi, dan pengalaman batin versus luar. Beliau mengapropriasi puisi, gambar, dan lukisan, dan mengombinasikan pustaka dan gambar, abstraksi, figurasi, dan informasi asal ide yang dicampur dengan kritik kontemporer.

Beliau mengenakan opini sosial dalam lukisannya berlaku seperti perkakas untuk kera besar diri dan untuk mengidentifikasi pengalamannya di komunitas kulit hitam pada masanya, serta bidasan pada wujud wewenang dan sistem rasisme. puisi visualnya amat politis dan langsung dalam kritik mereka pada kolonialisme dan sumbangan untuk peperangan jenis.

Dari kematian Basquiat ini pada baya 27 dari heroin overdosis pada tahun 1988, ciptaannya telah kemudian meningkat nilai. Pada lelang Sotheby pada Mei 2017, Untitled, lukisan tahun 1982 ciptaan Basquiat yang menggambarkan tempurung kepala hitam dengan anak sungai merah dan kuning, dijual dengan harga$ 110, 5 juta, jadi salah satu lukisan sangat mahal yang luang dibeli. Ini pula menyudahi rekor besar terbaru untuk bintang film Amerika di lelang.

Kehidupan dini: 1960–1977

Jean- Michel Basquiat lahir pada 22 Desember 1960 di Park Slope, Brooklyn, berlaku seperti anak kedua dari 4 berkeluarga dari ajudan Matilde Basquiat( née Andrades)( 1934– 2008) dan Gérard Basquiat( 1930– 2013).

Kakak laki- lakinya Max berpulang tidak lama dikala saat sebelum kedatangannya, tetapi dia memiliki 2 adik perempuan: Lisane( lahir 1964) dan Jeanine( lahir 1967). Ayahnya lahir di Port- au- Prince, Haiti dan ibunya lahir di Brooklyn dari orang dewasa angkatan Puerto Rico. Dia dibesarkan berlaku seperti Kristen.

Matilde menikamkan kegemaran pada seni pada putranya yang lagi kecil dengan membawanya ke museum seni lokal dan mendaftarkannya berlaku seperti tubuh terkini Museum Seni Brooklyn. Basquiat ialah anak berumur dikala saat sebelum waktunya yang belajar membaca dan menulis pada baya 4 tahun. Ibunya menekan keahlian seni putranya dan beliau sering berusaha melukis kartun favoritnya.

Pada tahun 1967, Basquiat mulai menghadiri Sekolah Saint Ann, sesuatu sekolah swasta spesial membidik seni. Di sana dia bertemu temannya Marc Prozzo dan bersama- serupa mereka menciptakan sesuatu roman kanak- kanak, yang ditulis oleh Basquiat pada baya 7 tahun dan diilustrasikan oleh Prozzo.

Pada baya 7 tahun pada tahun 1968, Basquiat ditabrak mobil disaat bermain di rute. Lengannya patah dan beliau menderita beberapa luka dalam; beliau akhirnya menempuh splenektomi. Disaat beliau dirawat di rumah sakit, ibunya membawakannya kopian Anatomi Gray untuk buatnya tetap padat agenda.

Sesudah orang tuanya selesai tahun itu, Basquiat dan saudara perempuannya dibesarkan oleh papa mereka. Ibunya dirawat di rumah sakit jiwa kala beliau dewasa 10 tahun dan sesudah itu menghabiskan hidupnya di dalam dan di luar institusi.

Pada baya sebelas, Basquiat segenap mudah berdialog Prancis, Spanyol dan Inggris, dan pembaca patuh ketiga bahasa. Keluarganya tinggal di zona Brooklyn di Boerum Hill dan sehabis itu pada tahun 1974, mereka ganti ke Miramar, Puerto Rico.

Karena ketidakstabilan ibunya dan kekalutan keluarga, Basquiat ambil kaki dari rumah pada jam 15. Beliau tidur di bangku laman di Washington Square Park, dan dibekuk sehabis itu dikembalikan ke perawatan ayahnya dalam lama seminggu.

Basquiat meninggalkan Sekolah Menengah Edward R. Murrow di jenis 10 dan sehabis itu menghadiri City- As- School, sesuatu sekolah menengah pengganti di Manhattan, rumah buat banyak anak ajar artistik yang gagal di sekolah konvensional.

Seni jalanan: 1978–1980

Pada Mei 1978, Basquiat dan kawan sekolahnya Angkatan laut( Angkatan laut (AL)) Diaz mulai melukis grafiti di gedung- bangunan di Lower Manhattan. Bekerja dengan julukan nama lain SAMO( kotoran lama yang seragam), mereka menulis jargon advertensi yang puitis dan satir sejenis” Berlaku seperti Pengganti Untuk TUHAN.”

Pada bulan Juni 1978, Basquiat dikeluarkan dari City- As- School karena melanggar kepala sekolah. Pada baya 7 belas kasih tahun, ayahnya mengusirnya dari rumah sesudah beliau mengakhiri untuk putus sekolah.

Beliau bekerja untuk Unique Clothing Warehouse di 718 Broadway di NoHosambil kemudian menulis grafiti di malam hari. Pada bersamaan pada 11 Desember 1978, The Village Voice menerbitkan sesuatu artikel hal grafiti SAMO.

Pada tahun 1979, Basquiat mencuat di aktivitas televisi akses khalayak langsung Tv Party yang diselenggarakan oleh Glenn O Brien.

Basquiat dan OBrien menjalakan perkawanan dan beliau membuat penampilan reguler di aktivitas itu sejauh beberapa tahun ke depan. Akhirnya, Basquiat mulai menghabiskan lama menulis grafiti di dekat Sekolah Seni Visual, di mana dia berkawan dengan anak ajar John Sex, Kenny Scharf, dan Keith Jerat.

Pada bulan April 1979, Basquiat bertemu Michael Holman di Canal Zone Party dan mereka mendirikan band noise rock Test Pattern, yang sehabis itu beralih julukan menjadiAbu- abu. Tubuh Gray yang lain tertera Shannon Dawson, Nick Taylor, Wayne Clifford, dan Vincent Gallo. Band ini nampak di klub malam sejenis Maxs Kansas City, CBGB, Hore, dan Mudd Club.

Dekat lama ini, Basquiat tinggal di East Village bersama temannya Alexis Adler, alumni biologi Barnard. Beliau sering memindahkan denah senyawa kimia yang dipinjam dari roman pustaka ilmu Adler.

Beliau mendokumentasikan analitis inovatif Basquiat disaat beliau mengubah lantai, dinding, pintu, dan furnitur jadi ciptaan seninya. Beliau pula membuat kartu pos dengan temannya Jennifer Stein. Disaat menjual kartu pos di SoHo, Basquiat memandang Andy Warhol di restoran WPA dengan kritikus seni Henry Geldzahler. Beliau menjual Warhol sesuatu kartu pos berjudul Stupid Game, Bad Ideas.

Pada bulan Oktober 1979, di ruang terbuka Arleen Schloss yang diucap As, Basquiat meyakinkan montase SAMO- nya mengenakan kopian Xerox bermotif dari ciptaannya. Schloss memperbolehkan Basquiat mengenakan ruang itu untuk membuat pakaian” MAN Buatan” miliknya, yang dicat pakaian daur balik.

Pada bulan November 1979, desainer kostum Patricia Field membawa lini bajunya di butik jenis atas miliknya di 8th street di East Village. Field pula memajang patung- patungnya di etalase kedai.

Baca Juga : Pengenalan Tentang Apa Itu Art Museum Dan Juga Sejarahnya

Sesudah Basquiat dan Diaz berselisih, Basquiat menulis” SAMO IS DEAD” di dinding gedung SoHo pada tahun 1980. Pada bulan Juni 1980, Basquiat mencuat di majalah High Times, pemberitahuan nasional pertamanya berlaku seperti bagian dari artikel berjudul” Graffiti 80: The State of the Outlaw Art” oleh Glenn OBrien. Belum lama tahun itu, Basquiat mulai syuting film leluasa OBrien, Downtown 81( 2000), yang aslinya berjudul New York Beat. Film ini membuktikan beberapa rekaman Gray di soundtracknya.